Sistem Informasi Desa Kedungwringin

shape
Shape Shape Shape Shape

SEJARAH DESA

Menurut salah satu buku babad Banyumas, pada awalnya Desa Kedungwringin merupakan bagian dari wilayah Perdikan Ajibarang. Pada masa kekuasaan Kesultanan Pajang (abad ke-16), Ki Kalong Pangrawit selaku pimpinan Ajibarang mengajukan pemecahan wilayah Ajibarang kepada Sultan Pajang menjadi 9 Desa. Salah satunya adalah wilayah Kranggan Lor Lopasir.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, disekitar area Kranggan ada pohon beringin besar yang terletak di pinggir Kedung (Kali Lopasir), seiring perjalanan waktu menjadi kebiasaan masyarakat menyebut nama Kedungwringin.

Pada awalnya wilayah Kedungwringin lama meliputi Desa Kedungwringin sekarang dan Desa Pekuncen. Seiring perjalanan waktu juga wilayah Kedungwringin terpisah menjadi 2 (dua) desa yaitu Desa Kedungwringin dan Desa Pekuncen yang dipisahkan oleh Sungai Lopasir.

Sejak era tahun 1920 an Desa Kedungwringin dipimpin oleh lurah-lurah (Kepala Desa) sebagai berikut:

1. Lurah Umbul (1915-1925)
Rumah kediaman berada di grumbul Kalibengaok dan nama Umbul hanya merupakan paraban karena senang melontar-lontarkan uang ke atas (ngumbulna duit) sehingga masyarakat memanggilnya Lurah Umbul.

2. Ranu Permea (1925-1930)
Ranu Permea adalah lurah pengganti lurah umbul yang kediamannya berada di Jalan Pemuda RT 02 RW 01 (tepatnya pekarangan milik alm. Bau Sobikin).

3. Cadika (1930-1933)
Cadika adalah pengganti Ranu Permea yang berasal dari Kalibujel (Jethak) dan setelah menjadi lurah bermukim di sebelah timur perempatan Pasar Wage. Cadika memiliki 2 (dua) orang anak yaitu Nasa (menjadi lurah recomba) dan Sanmiarja (menjadi bau Jethak).

4. Atim (1933-1938)
Adalah lurah yang berasal dari Kauman dan kediamannya berada di sebelah barat masjid Al Barkah.

5. Nawan (1938-1945)
Kediamannya di sebelah utara perempatan pesemuan. Sebelum menjadi Kepala Desa, beliau adalah Carik pada masa Lurah Atim.

6. Ngubaedi I (1945-1948)
Menjadi lurah pada era kemerdekaan dan berkediaman di komplek Kranggan. Memenangkan pilihan Kepala Desa/lurah dengan kompetitor Nasa (terpilih menjadi lurah pada masa pasca kemerdekaan pada saat Belanda kembali ke Indonesia). Nasa sang kompetitor bergabung dengan Belanda dan menjadi mata-mata Belanda sehingga beliau ditangkap dan dipenjara. Sebelum menjadi Kepala Desa, beliau adalah Carik pada masa Lurah Nawan.

7. Nasa/Sutajaya (1948-1949)
Kekosongan lurah setelah ditangkap dan dipenjarnya Ngubaedi diisi dengan pemilihan yang dilakukan oleh tentara Belanda dan terpilihlah Nasa menjadi lurah baru. Masyarakat biasa menyebut masa ini sebagai masa rekomba, sehingga lurah Nasa dikenal sebagai lurah recomba. Lurah Nasa mati dibunuh oleh pejuang (tentara gerilya / Belong Cs) dengan cara diculik dari rumahnya dan dibunuh di daerah Gunung Putri (Ajibarang).

8. Ngubaedi II (1949-1979)
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia dari dunia (umumnya) dan Belanda (khususnya) melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) dan NKRI diakui kembali, maka lurah Ngubaedi dikeluarkan dari penjara oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dikembalikan haknya sebagai lurah sekaligus dinaikan kedudukannya sebagai penatus (kepala lurah yang membawahi wilayah beberapa desa) menggantikan Penatus Suradipa (Pekuncen).

9. Sito Pranoto (1979-1989)
Terpilih sebagai Kepala Desa pada tahun 1979 dan memerintah selama 10 tahun sampai tahun 1989.

10. Sunarso (1989-1999)
Terpilih menjadi Kepala Desa lewat Pemilihan Kepala Desa pada tahun 1989. Memerintah selama 10 tahun sampai dengan tahun 1999.

11. H. Sumaryo (1999-2007)
Memimpin Pemerintah Desa Kedungwringin selama 8 tahun yaitu dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2007.

12. Drs. Sirin (2007-2013)
Memimpin Pemerintah Desa Kedungwringin selama 6 tahun yaitu dari tahun 2007 sampai tahun 2013.

13. Riyanto (2013-2019)
Memimpin Pemerintah Desa Kedungwringin selama 6 tahun yaitu dari tahun 2013 sampai tahun 2019.

14. Sukardi (mulai tahun 2019)
Memimpin Pemerintah Desa Kedungwringin mulai tahun 2019.

Kategori

Berita Terbaru

Popular Tags